30.10.11

Kemarin. Sekarang. Esok.

Aku tak tahu,
apa yang sebenarnya terjadi kemarin.
Yang kumengerti,
benih-benih cinta muncul dihadapanku.

Aku tak tahu,
apa yang terjadi sekarang ini.
Yang kurasakan,
ada kata sayang dariku, untukmu.

Aku tak tahu,
apa yang akan terjadi esok harinya.
Yang kuyakini,
kau akan mencintaiku, seperti diriku padamu.

Dari hatiku,
untuk kamu.

28.10.11

aku suka tapi aku benci

'aku suka'
cara kau berjalan,
membuat hatiku tak tertahan.

'aku suka'
badanmu yang tegap,
sampai aku dibuat engap.

'aku suka'
matamu yang sekilas coklat,
tajam seperti kilat.

'aku suka'
saat kau tersenyum,
dan bila ditanya apa sudah selesai melihatnya?
jawabannya belum.

tapi ...
'aku benci'
bahwa kau terganggu,
akan diriku.

'aku benci'
saat kita menjauh,
sampai ku tak bisa lagi mengayuh.

'aku benci'
kau tak suka aku,
dan aku-pun seperti angka satu
yang kaku


dari orang yang tulus mencintaimu,
untuk orang yang tak suka aku.

21.10.11

Pesan singkat membuat kita terikat

     "udah makan?"
     "maghrib nih, ayo tinggalkan semua dan segera wudhu"
     "tadi gimana try out nya? bisa ga?"
     "hei, kenapa enggak masuk? sakit ya?"

Pertanyaan sederhana, tetapi menjadi suatu makna.
Suatu perhatian, yang telah menjadi bagian.
Dirimu, orang itu ya kamu.
Pesan singkat, membuat kita terikat.

Ingin kulabuhkan rasa, tapi sayang ku tak bisa.
Banyak alasan, salah satunya sebuah pesan.
Mungkin kau tak mengerti, aku takut kau salah arti.
Ini pesan singkat, yang membuat kita terikat.


dari orang yang menunggu,
untuk orang yang merasa terganggu.

18.10.11

pesan panjang itu aku balas dengan ...

  'semangat terus yah belajarnya'
 iya, ini juga semangat kok.

  'kamu pasti bisa ngejar cita cita kamu'
amiiin..

  'ftpnya semoga sukses'
amin yaaa Allah.

  'mau sesulit apa cobaan yang nimpa kamu, usahain buat tersenyum'
selalu, dan dari dulu sebelum kita kenal. aku telah mencoba mempraktekannya.

  'kalau ada masalah, kamu bisa cerita ke teman-temanmu'
terkadang, aku tak percaya mereka untuk urusan yang privasi.

  'jangan pernah patah semangat, karena mereka yang juara bukan mereka yang hebat tapi mereka yang gak patah semangat'
aku suka kata-kata mu yang ini.

  'jangan kecewain orang yang sayang sama kamu'
yang sayang aku banyak, aku bingung ingin membahagiakan yang mana dulu?'

  'semangat neolymony, semoga harimu indah selalu'
terima kasih, semoga 2 kata ini bisa membalas pesan panjangmu ini.


untuk kamu yang mengirimnya.

Aku (part II)

28 Januari 2002.

Aku merasa cantik.
Memakai gaun mungil berwarna putih layaknya princess.
Tak lupa sepatu yang berwarna sama seperti gaun mungil ku.
Rambut ku di gerai indah, tanpa pita atau pun bando di atas nya.
Ibu yang menyiapkan pesta ulang tahun ini.
Hanya Ibu tanpa di dampingi Ayah.

Pesta ku hampir di mulai.
Tapi tak ada tanda bahwa Ayah akan datang.
Ibu pun hanya bertaut dengan handphone nya.
Dia mencoba menelepon seseorang,
tetapi nampaknya hanya seorang perempuan yang menjawab telepon itu.
'Nomor yang anda hubungi ...'
Ya, mbak Veronica yang menjawabnya.
Ibu yang sadar bahwa aku memperhatikannya dari tadi pun menghampiri ku.
   'Bentar ya kak, Papa janji mau dateng kok'

Sekarang aku telah di kelilingi teman, saudara dan juga guru ku.
Mereka menyayikan lagu ulang tahun sekadar nya.
Dan saat nya aku meniup lilin yang berbentuk angka 7.
Sebelum meniup nya, aku berharap bahwa Ayah benar akan datang.
Aku mengambil nafas panjang, siap untuk meniup.
1,2, ... Lilin itu mati sebelum hitungan ke 3.
Jerry, anak nakal itu mengerjai ku lagi dengan meniup lilin yang harusnya aku tiup.
Aku hanya diam, tidak menangis. Tak apa, hanya sebuah lilin.
Tapi aku tetap berharap bahwa keinginan ku akan terwujud.

Dan sampai pada akhir acara.
Semua orang mengucapkan selamat ulang tahun sebelum mereka pamit.
Kursi dan segala dekorasi sudah dirapih kan,
tapi Ayah belum juga datang.
Sepi, kemana Ibu?
Aku memejamkan mata ku, mungkin aku lelah.
Tapi bahagianya aku saat aku membuka mata.
Ke dua orangtua ku berada di hadapan ku.
Ayah dan juga Ibu.
Selain itu tampak boneka kelinci yang besar yang dipegang Ayah.
Aku bukan main senangnya.

Sampai pada akhirnya kami bertiga berada pada satu ruangan.
   'Kak, mungkin kakak enggak ngerti apa maksud Mama sama Papa.
Ehm, cuma kita enggak bisa seperti dulu lagi'
Aku yang sudah berumur 7 tahun tak mengerti apa yang mereka maksud.
Mata bulat ku menerawang setiap kata yang diucap kan Ibu ku.
'enggak bisa seperti dulu lagi'
Kalimat itu.. Kenapa terlalu sakit untuk mengucapkannya, apalagi memikirkannya.
   'Begini kak. Papa sama Mama, kita bertiga enggak bisa satu rumah lagi' kata Ayah.
   'Emang, Papa mau ke lual kota ya? Aku boleh ikut?'
   'Bukan sayang, Papa sama Mama itu...'
   'Ah! Udahlah! Dia enggak akan ngerti maksud kita itu apa! Pisah ya pisah aja! Ngepain pake acara kayak gini!'
Aku kaget melihat muka Ayah, mukanya seram, melotot, dan itu membuat ku sebal.

Ibu ku menghela nafas panjang.
Mukanya tampak berat untuk mengatakan,
   'Papa dan Mama akan pisah rumah kak. Kakak mau tinggal sama siapa?'
Kata-kata itu, bak pedang yang siap membunuh siapa saja yang berada di depan nya.

Kenapa? Kenapa harus di hari indah ini?
Kenapa Tuhan?
Kenapa 2 orang yang aku sayangi dalam waktu sebentar saja menjadi sosok yang tak aku kenal.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Apa?!!

*--*--*

Tuut.. tuut.. tuut..
Alarm ku berbunyi.
Dan Aku sadar bahwa lagi-lagi aku memimpikan kejadian bertahun-tahun lamanya.
Kejadian itu selalu manjadi bayang-bayang masa kelamku.
Kini Aku sosok yang remaja.
Telah mengenal dunia, tapi tetap tak mengenal cinta.



dari Aku untuk mereka yang tak pernah berpikir akibatnya.

17.10.11

Aku (part I)

Aku, kini berumur 6 tahun.
Melihat kedua orangtua ku saling bercakap.
Aku harap mereka membicarakan ulang tahun ku yang ke 7 sebentar lagi.
Tapi, aneh. Raut muka mereka... Dan, nada bicara nya...
Aku tak mengerti apa yang terjadi sebenar nya.
Sampai aku melihat...
"Ayahku memberi tamparan yang keras pada Ibu di pipi nya"

Ayah pun pergi, dan Ibu tentu menangis.
Aku bertanya pada diriku sendiri, mengapa Ayah melakukan itu?
Setahuku Ayah adalah laki-laki paling sopan, paling lembut dan paling menyayangi Ibu.

Aku melihat Ibu dari kejauhan.
Badannya bergetar tanda bahwa dia terisak menahan air mata nya sendiri.
Dia terjatuh, tak kuasa menopang tubuh nya sendiri.
Aku menghampirinya dan memeluk nya dari belakang, sambil berbisik di telinga nya.
'Aku sayang Ibu'
Kini aku berbalik untuk berada tepat di depan nya.
Aku melihat pipi nya yang merah.
Yang merah bukan rona seseorang yang tampak malu.
Tapi yang merah karena menahan rasa haru.

Aku bertanya, 'Mama sakit ya? Aku cium ya bial sembuh'
Sosok yang rapuh itu hanya tersenyum dan mengangguk bahwa ia setuju dengan pendapat ku.
Aku mencium pipi nya sangat lama.
Seolah Ibu akan pergi jauh esok hari.



dari Aku yang tak mengerti apa yang terjadi.

15.10.11

enggak tau mau dikasih judul apaan

Disaat gue terpuruk, benar-benar terpuruk ...
Gue menghayal akan sesuatu yang berakhir dengan ceria :)
Dimana ada teman yang bilang ...

teman(t): lo itu hebat ya Jep.
gue(g) : hebat dimananya?
t: ya, lo itu hebat. coba bayangin dimana elo disaat gue butuhin jep?
g: ehm. yang pasti ga ada di dekat lo saat itu.
t: nah! terus nih ya, siapa yang nolongin orang pas ada api gedeee banget?
g: ya pemadam kebakaran.
t: naah!! terus, terus. siapa yang tugasnya nyembuhin orang sakit?
g: dokter lah! siapa lagii?
t: FIX! itu dia pointnya! disitu kehebatan lo jep!
g: DIMANAAA SARAAAAP!?!!?

Dan ternyata berakhir dengan ... ya bisa kalian terka sendiri.

-Jessica Permata, 16 tahun, belum dapet ktp-

4.10.11

Ya

Campur aduk semua jadi satu. Ya, hari-hari kemarin dipenuhi dengan berbagai rasa yang bergabung jadi satu.
Mungkin dulu, cuma ada satu rasa saat aku mengenalnya.
Hanya rasa bahagia didekatnya.
Tapi waktu semakin berlalu.
Aku sibuk, dia sibuk.
Aku mempunyai teman baru, apalagi dia.
Temannya dari seluruh penjuru Indonesia.

Aku cemburu? Tidak.
Aku punya prinsip.
Kamu percaya aku, Aku 'lebih' percaya kamu.
Cuma itu.
Karena pada dasarnya, aku enggak bisa berharap lebih.
Ya, cuma itu.

Aku sempat mencoba berteman sebanyak mungkin, layaknya dirimu.
Yang mudah bergaul itu.
Tapi tetap cuma sebatas teman. Belum bisa lebih.
Karena, memang enggak bisa.
Apa enggak mau?
Ah, enggak tau.
Kamu tau? Aku orang aneh yang enggak bisa mengartikan apa mauku sebenarnya.

Dan sekali lagi.
Ya, ini aku.

" And so it goes,another chapter of my life,but this one was written with too much pain "

4 Oktober 2011