29.6.14

manusia "beda pendapat-senggol-bacok"

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.

Sebelumnya saya di twitter pernah berjanji akan menulis tentang apa yang terjadi di Solo, termasuk apa yang dikerjakan Pak Jokowi saat menjabat menjadi walikota saat itu. Kemudian saya berpikir bahwa sudah banyak tulisan yang mengungkapkan hal tersebut. Anda bisa mencari artikel tersebut di media-media yang terpercaya tentunya.

Lagipula kalau saya menulis apa yang dilakukan beliau, Anda mungkin tak percaya apabila tidak melihat langsung dan akan mengira bahwa saya pro pada Pak Jokowi. Dari sini saya akan menegaskan bahwa saya netral dan saya akan golput. Bukan karena sampai detik ini saya masih labil akan pilihan saya. Bukan. Saya punya alasan tersendiri yang menurut saya tidak perlu diungkapkan.

Saya ingin bercerita terlebih dahulu, satu kisah nyata yang terjadi pada ‘tragedi 98’. Pada saat itu saya tidak terlalu merasakan keadaannya karena saat itu umur saya 3 tahun. Ibu saya bercerita bahwa pada hari itu, Ayah saya berada di luar rumah dan mengabarkan bahwa beliau tidak bisa pulang ( informasi saja, bahwa Ayah saya keturunan Tionghoa ). Jadi saat itu kami hanya bisa berharap agar Ayah saya bisa pulang secepatnya dengan selamat.
Saya pun ingin tahu lebih jelas apa yang terjadi saat itu dan langsung menanyakannya kepada Ayah saya melalui bbm ( karena kami terpisah oleh jarak #tsaah ). Percakapannya seperti berikut :

Saya : Pa, I wanna ask u something about ‘tragedi 98’. Could u tell me what are u doing? And what u see on that day?
Ayah : Why u wanna talk about that? This is politics. And tragedy in the past. We shouldn’t talk about it.
( informasi saja, percakapan via bbm antara kami memang selalu mengunakan bahasa Inggris )

Oke, salah saya memang yang langsung to the point tanpa tedeng aling-aling. Salah saya juga mengungkit masa lalu yang mungkin ingin dilupakan. Lagian, siapa sih yang mau ngungkit masa lalu? #tsaahyangkedua. Akhirnya saya tak melanjutkan percakapan itu dan saya kira Anda bisa mengambil kesimpulan bahwa yang terjadi saat itu adalah suatu kejadian yang cukup perih untuk beliau.

Di tulisan ini saya tidak mengajak Anda semua untuk memilih si A atau si B, satu atau dua, dia atau aku #tsaahyangketiga. Saya hanya mengajak anda untuk MENOLAK LUPA tentang yang terjadi di masa lampau. Kita tentu tidak ingin ‘tragedi 98’ terulang lagi? Kita tentu tidak ingin salah satu sanak saudara kita hilang begitu saja? Kita tentu tidak ingin mengorbankan nyawa untuk ‘mereka’? Kita tentu ingin bisa hidup tenang, nyaman dan tentram? Kita tentu ingin bisa pulang ke rumah dan melihat keluarga kita selalu utuh? Kita tentu ingin mempunyai pemimpin yang bisa menjaga dan memperjuangkan kenginan kita.

Siapapun presidennya nanti, saya harap Anda yang berkeinginan memilih untuk selalu kritis terhadap pilihannya selama 5 tahun kedepan. Karena apa? Karena Anda mempunyai HAK untuk itu.
Beberapa hari lagi kawan, beberapa hari lagi. Saya harap kita semua bisa cerdas untuk bersikap obyektif. Karena saya mulai takut, perbedaan ini yang akan menjadikan kita sebagai manusia “beda pendapat-senggol-bacok”. Padahal tujuan kita sama, ingin Indonesia sejahtera.

Terakhir, saya berterimakasih dan meminta maaf apabila tulisan ini tidak pantas untuk dibaca. Dan saya siap menerima kritik dan saran.



Jessica Permata, calon ibu dari anak-anakmu
#tsaahkeempatkemudianditimpuksendal

17.2.14

Kamu

Kamu berbeda.
Cara kamu melihat saya.
Cara kamu menganggap saya.
Dan cara kamu menyayangi saya.

Kamu memberikan suatu cinta yang berbeda dari orang lain.
Kamu memberikan suatu kepercayaan.
Dimana saya boleh bebas memilih peran yang saya mau.
Dan dengan segala peran yang saya pilih, kamu menerimanya.

Kamu bukan sang aktor yang menemani saya untuk berperan dalam satu panggung.
Kamu juga bukan salah satu kru yang ikut andil suksesnya suatu film.
Kamu bukanlah sang sutradara yang terlebih mengarahkan para artisnya.
Kamu adalah kamu, diatas itu semua.

Sekarang saya merasa seperti layang-layang.
Terbang bebas, melayang di atas langit.
Tapi saya tetap merasa terlindungi untuk tidak pergi terlalu jauh.
Karena masih ada kamu di bawah sana.
Memegang suatu benang dimana kita saling terhubung.
Walau terkadang kamu yang malah terluka karena benangnya.
Karena saya yang kadang bertindak terlalu jauh, terlalu bersemangat.
Tapi kamu tetap kokoh untuk memegang benang itu.

Maka dari itu, terima kasih untuk kamu.

Untukmu, Mas Ari si tukang ngambek.
Dariku, Jessica Permata si tukang rayu.