30.10.12

I. Miss. You.

Hai and well..
Saya enggak tahu kenapa saya mau nulis ini.
Dan kenapa sekarang saya publikasikan tulisan ini.
Yaa mungkin karena rindu ini telah bertumpuk (hoek).
Ehmm.. Kelihatannya jijik banget ya ngelihat tulisan saya barusan.
Tapi mau gimana lagi. I just wanna to be honest about what I feel.

Mungkin kedengaran lucu ya kalau kamu tahu.
Saya yang biasa merangkai kata, dan menjadikannya sebuah kalimat atau bahkan puisi.
Tiba- tiba bisa bingung untuk mulai dari mana saya harus jujur tentang perasaan ini.
Mungkin kedengaran lebih lucu lagi kalau aku menganalogikan tentang cinta yang kamu tawarkan bagai minyak kayu putih merek caplang yang biasa aku pakai.
Aku juga enggak ngerti kenapa harus minyak kayu putih merek caplang sebagai analoginya.
Tapi itu yang paling tepat tentang cinta yang kau tawarkan dari dulu hingga sekarang.

Kamu tahu minyak kayu putih kan?
Kalau enggak, search di google sana. Tapi sih dengan kepintaran kamu, saya yakin kamu tahu.
Kata apa yang pertama terlintas di pikiran kamu kalau mendengar minyak kayu putih?

Hangat.
That's it!
Cinta yang kamu tawarkan itu hangat bagai minyak kayu putih.

Lalu kamu tahu kenapa harus merk caplang yang aku tulis?
Tahu?

Mahal.
Iyaaa mahal.
Kalau kamu beli yang ukuran 60ml, harganya aja paling murah enambelas ribu rupiah.
Aku sudah cek di toko sebelah! (okey, saya tahu kamu ketawa).

Bagaimana?
Benar kan? Cinta yang kamu berikan kepadaku memang seperti minyak kayu putih merek caplang.
Hangat dan juga mahal.
Kamu bisa saja menganggap aku aneh (tapi saya percaya kamu sudah tahu itu).
Tapi kalau kamu menganggap ini rumit.
I'm gonna make this so simple. I. Miss. You.

nb.
Tadinya aku mau nambahin kata 'so' dan 'much'.
Biar jadi.. I. Miss. You. So. Much.
Tapi aku takutnya keterusan jadi..I. Miss. You. So. Much. Cungguh. Enelan. Celius. Deh. (silahkan, kantung sampah ada di sebelah sana).

26.10.12

Perbedaan

Cerita ini mungkin tentang saya. Tapi lebih mungkin lagi tentang kamu.
Cerita yang diawali oleh perbedaan...


"Kenapa kita tidak bisa bersama?", tanyaku pada langit.
"Iya, kenapa saya dan manusia cantik yang kau ciptakan ini tidak bisa nikah, kawin, punya anak, hidup selama berpuluh-puluh tahun..".
Aditya terus mengepung Tuhan dengan pertanyaan-pertanyaannya. Dan saya?
Saya hanya bisa melihat mahluk Tuhan yang satu ini terus berbicara.
"Hey, kenapa hanya berpuluh-puluh tahun?", tanyaku lagi.
Dia hanya tertawa lalu tersenyum sambil menjawab pertanyaanku, "Bagaimana bisa hidup lebih dari puluhan tahun bersamamu kalau kata orang, agama saya telah meledakkan tempat ibadahmu?".
Aku hanya diam, dan kembali menghadap langit.
"Adit..".
"Iya, Jeta sayang", kembali Aditya melempar senyumannya yang manis.
"Apa kita tidak bisa bersama?", lagi-lagi aku mempertanyakan sesuatu yang semu.
Aditya menghela napas panjang, "Jeta, baru saja kamu bertanya pada langit. Kenapa kamu bertanya padaku lagi?".
"Habis langit tidak menjawab pertanyaanku", jawabku sederhana.
"Jawabannya sudah ada, Jeta sayang", dengan nada yang lembut Aditya menjawab.

Iya, jawabannya sudah benar jelas. Kami tidak akan pernah bisa bersatu.
Terlalu jelas alasan untuk kami harus berpisah. Sampai-sampai, rasanya satu hari ini tidak cukup untuk berdua saja dengan sosok yang aku cintai ini, Aditya.
Aku hanya bisa tersenyum kecut melihat jari tanganku berpaut dengan jari tangannya yang hangat ini.
"Kita ini diciptakan dari perbedaan. Ketika kita berdoa, aku melipatkan tanganku. Dan kau? Menengadahkan tanganmu", aku menatap matanya sambil kembali melanjutkan, "Dan juga diciptakan oleh persamaan. Kita berdoa sambil menundukkan kepala, dan diakhiri kata Amien"
"Tumben bisa ingat apa yang aku bilang? Biasanya kalau aku suruh makan, kamu selalu enggak ingat", jawabnya dengan segala perhatiannya.
"Segala yang berhubungan dengan kamu. Aku pasti akan selalu ingat, dit", jawabku sambil tersenyum.
"Kalau gitu, coba sebutin segala apa yang aku ucapkan ke kamu".
"Oke. Emm.. Aku pernah nanya kan, tentang kenapa Tuhan menciptakan kita beda-beda. Kalau pada akhirnya, Dia mau kita menyembahNya dengan satu cara. Terus kamu bukannya jawab. Malah ngeles gini..".
"Makanya, Tuhan menciptakan cinta. Biar yang beda-beda, bisa nyatu", potong Aditya.
"Aku sayang kamu Adit", dengan pasrah mulut ini berbicara seenaknya.
"Terlebih aku, my precious Jeta", Aditya menjawab dengan senyuman manisnya lagi.

Dan cukup disitu saja kebahagian kami.
Sore hari. Duduk di tepi pantai. Melihat langit senja. Bergandengan tangan.
Tak lupa menunggu Adzan Maghrib tiba, tanda berpisahnya cinta dua sejoli yang berbeda.



nb. ada satu bagian dialog, yang saya ambil dari film 'cin(t)a'

19.10.12

Langit

Dear Langit,
apa kabar?
Aku harap kamu baik dan senang berada di atas sana.
Walau kamu dekat sekali dengan Tuhan.
Aku selalu mendoakanmu dari tanah yang aku pijak ini.

Ngit, pasti kamu bingung.
Kenapa kamu, aku panggil 'Langit'?
Ya soalnya bapak kamu...
Hahaa, bercanda ngit.

Jawabannya,
adalah karena kamu bukan bintang.
Bukan bintang yang tak bisa aku raih dari sini.
Bukan bintang yang kadang tak terlihat ini.
Kamu bukan mereka.

Kamu adalah langit.
Yang punya bintang.
Jadi kamu sosok yang lebih luas, lebih hebat,
bahkan kamu juga punya matahari, awan, pesawat, terang dan juga gelap.

Kamu adalah sosok yang lebih kuat.
Dan aku adalah manusia yang tak bisa menyentuhmu.
Saat aku loncat pun, aku akan kembali pada bumi ini.
Ya, dan itu yang membuat saya benci gravitasi.

Maka dari itu.
Jadilah luas, hebat, kuat, tangguh, dan segala kata-kata yang mencerminkan bahwa aku tidak bisa memilikimu.
Aku puas melihatmu dari jauh.
Sangat puas sampai aku menitikkan mata tanda rindu.

Ini bukan draft yang aku simpan.
Masih ada satu untaian kata yang spesial pake cinta, bukan telur.
Aku enggak bisa bilang, 'Aku tunggu' atau 'Aku berharap'.
Aku hanya bisa bilang tiga kata,
'Aku sayang kamu, ngit'
Itu empat ya? Ah, sudahlah.
Kamu kan tahu mataku hanya segaris.
Terlebih saat menulis ini aku menangis.
Sesuatu yang manis kan?


Dari, aku
Untuk, Langit

 Ini kamu waktu pagi hari

 Ini siang hari, dan saya benci kamu saat siang

 Sore hari, ngit

Yang terakhir, saat kamu gelap


nb.
ini bukan aku yang foto loh. ciyus deh!