26.10.12

Perbedaan

Cerita ini mungkin tentang saya. Tapi lebih mungkin lagi tentang kamu.
Cerita yang diawali oleh perbedaan...


"Kenapa kita tidak bisa bersama?", tanyaku pada langit.
"Iya, kenapa saya dan manusia cantik yang kau ciptakan ini tidak bisa nikah, kawin, punya anak, hidup selama berpuluh-puluh tahun..".
Aditya terus mengepung Tuhan dengan pertanyaan-pertanyaannya. Dan saya?
Saya hanya bisa melihat mahluk Tuhan yang satu ini terus berbicara.
"Hey, kenapa hanya berpuluh-puluh tahun?", tanyaku lagi.
Dia hanya tertawa lalu tersenyum sambil menjawab pertanyaanku, "Bagaimana bisa hidup lebih dari puluhan tahun bersamamu kalau kata orang, agama saya telah meledakkan tempat ibadahmu?".
Aku hanya diam, dan kembali menghadap langit.
"Adit..".
"Iya, Jeta sayang", kembali Aditya melempar senyumannya yang manis.
"Apa kita tidak bisa bersama?", lagi-lagi aku mempertanyakan sesuatu yang semu.
Aditya menghela napas panjang, "Jeta, baru saja kamu bertanya pada langit. Kenapa kamu bertanya padaku lagi?".
"Habis langit tidak menjawab pertanyaanku", jawabku sederhana.
"Jawabannya sudah ada, Jeta sayang", dengan nada yang lembut Aditya menjawab.

Iya, jawabannya sudah benar jelas. Kami tidak akan pernah bisa bersatu.
Terlalu jelas alasan untuk kami harus berpisah. Sampai-sampai, rasanya satu hari ini tidak cukup untuk berdua saja dengan sosok yang aku cintai ini, Aditya.
Aku hanya bisa tersenyum kecut melihat jari tanganku berpaut dengan jari tangannya yang hangat ini.
"Kita ini diciptakan dari perbedaan. Ketika kita berdoa, aku melipatkan tanganku. Dan kau? Menengadahkan tanganmu", aku menatap matanya sambil kembali melanjutkan, "Dan juga diciptakan oleh persamaan. Kita berdoa sambil menundukkan kepala, dan diakhiri kata Amien"
"Tumben bisa ingat apa yang aku bilang? Biasanya kalau aku suruh makan, kamu selalu enggak ingat", jawabnya dengan segala perhatiannya.
"Segala yang berhubungan dengan kamu. Aku pasti akan selalu ingat, dit", jawabku sambil tersenyum.
"Kalau gitu, coba sebutin segala apa yang aku ucapkan ke kamu".
"Oke. Emm.. Aku pernah nanya kan, tentang kenapa Tuhan menciptakan kita beda-beda. Kalau pada akhirnya, Dia mau kita menyembahNya dengan satu cara. Terus kamu bukannya jawab. Malah ngeles gini..".
"Makanya, Tuhan menciptakan cinta. Biar yang beda-beda, bisa nyatu", potong Aditya.
"Aku sayang kamu Adit", dengan pasrah mulut ini berbicara seenaknya.
"Terlebih aku, my precious Jeta", Aditya menjawab dengan senyuman manisnya lagi.

Dan cukup disitu saja kebahagian kami.
Sore hari. Duduk di tepi pantai. Melihat langit senja. Bergandengan tangan.
Tak lupa menunggu Adzan Maghrib tiba, tanda berpisahnya cinta dua sejoli yang berbeda.



nb. ada satu bagian dialog, yang saya ambil dari film 'cin(t)a'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar