15.2.18

#Adeksehat

Pertama-tama, berkat doa semuanya, Jerry sudah sehat dan beraktivitas seperti biasa walau kadang masih suka ngeluh pusing. Jadi sekali lagi saya ucapkan terimakasih buat doa-doanya.
Banyak banget yang kasih support doa, materi dan bahkan waktu untuk jenguk adek. Dan enggak sedikit yang juga tanya kronologisnya bagaimana. Kemarin sempet janji bakal cerita, tapi setelah menimbang dampak dan manfaatnya, saya memutuskan untuk tidak menceritakan di instagram atau untuk ditulis dalam blog ini. I’m insist if u want to know just spare time with me and I tell the story.
Kedua, disini akan ada beberapa foto yang tidak mengenakan untuk dilihat, jadi saya akan minta maaf dulu sebelumnya.
Let's start.. Saya akan menceritakan pengalaman pribadi saya yang membuat saya sadar bahwa..

Kita ini, manusia, sebenarnya cuma hamparan debu. Dan satu-satunya yang mampu membuat debu bernyawa, ya cuma Tuhan.


Sebenarnya saya sudah sadar hal ini dari dulu, sejak Mama kena kanker payudara dan berhasil survive. Tapi melihat adek yang hampir berada di ambang kematian, membuat saya kembali membuka mata dan hati untuk Tuhan.

di IGD

kepala belakang sudah dijahit

Ini foto pertama yang dikirim Mama pada Selasa, 9 Januari jam 23.23 yang diambil di ICU. Dokter menyatakan bahwa ada pendarahan dan pembengkakan pada otak adek. Dan masuk masa kritis sampai 48 jam ke depan. Disitu yang bisa dilakukan dokter hanya memantau, apabila pembengkakan berkurang itu berarti suatu hal yang bagus. Tetapi apabila sebaliknya, Allahu A’lam.

1 minggu adek di rumah sakit yang enggak perlu saya sebut namanya.
1 minggu yang nano-nano.
1 minggu yang membuat saya belajar ekstra sabar.

 masa kritis, mulut masih bengkak, tingkat kesadaran masih 14

Dari yang bisa komunikasi jawab iya-tidak, sampai cuma bisa kasih kode kedipan mata atau jentikan jari.

pindah kamar biasa yang berujung kembali ke HCU

Dari masuk ruang IGD ke HCU, terus bisa pindah ke kamar biasa dan harus masuk ruang HCU karena kondisi adek yang nge-drop lagi.
Dari masa kritis ke masa perbaikan, sampai harus pakai selang untuk makan dan minum obat.

sudah dipasang selang

Disitu dokter menyarankan untuk tindakan operasi yang ditentang sama keluarga. 2 hari kerjaan saya nongkrong di beberapa rumah sakit di Jakarta agar adek bisa pindah ke rumah sakit lain, jadi anak gaul RS Jakarta bukan anak mall lagi.


Kalau bisa ngerokok, ngerokok saya saat itu juga (ngisap asap semprot DBD aja ga sanggup). Di kepala kayak ada semut kecil ngerubung buanyak banget. Hormon kortisol melonjak beberapa kali lipat dari biasanya. Stres berlebihan karena mikirin adek yang saat itu cuma bisa tidur, enggak merespon apa-apa. Terakhir sebelum berangkat nyari RS, cuma bisa ngomong di telinganya, “Adek kuat ya, adek pasti bisa. Kakak pasti bisa nyari rumah sakit yang layak buat adek. Pasti bisa, adek sembuh.” Dan selalu nguatin diri sendiri padahal kalau liat dia rasanya hancur hati tuh.

Dan Alhamdulillah, kalau kita mau dan berusaha, pasti Tuhan kasih kuasa.


Sebelumnya, sempat ada percakapan kayak gini loh antara saya sama Papa.
Saya : Pa, yakin adek enggak di operasi? Kalau adek kenapa-kenapa gimana? (which is disini sampai dipanggil Tuhan, iya udah hopeless banget saya tuh)
Papa : Yakin, nyari RS lain udah termasuk cara ikhtiar yang kita lakukan. Selebihnya biar Allah yang kasih nilai.

Searching di internet, ketemu RS. PON (Pusat Otak Nasional) di Jakarta Timur. Udah bodo amat mau jauh juga, berasa nyari kitab suci dari barat ke timur. Nongkrong semalaman biar bisa acc pemindahan adek, sampai dokter disana kaget, “ini Bapak sama mbaknya nunggu dari tadi? ya ampun pak, ga perlu nunggu disini, Bapak bisa pulang terus telpon kesini.” Ya gimana enggak heran dia juga, kita nunggu dari gelap sampai ketemu terang. Dan selanjutnya, semua lebih mudah, benar-benar lancar.

sudah pindah ke RS PON

 berpeyukan

 iya mataku bengkak karena nangis happy

Setelah pindah, adek mengalami kemajuan yang pesat. Udah happy pokoknya bisa lihat dia makan, dan ngobrol lebih banyak. Semua emosi, materi dan waktu yang sudah dikeluarkan untuk adek rasanya sepadan dengan rasa manis diujung cerita ini. Dan semua ini enggak akan pernah terjadi kalau bukan karena Tuhan yang atur.

mukamu mas.. mas..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar