Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.
Sebelumnya saya di
twitter pernah berjanji akan menulis tentang apa yang terjadi di
Solo, termasuk apa yang dikerjakan Pak Jokowi saat menjabat menjadi
walikota saat itu. Kemudian saya berpikir bahwa sudah banyak tulisan
yang mengungkapkan hal tersebut. Anda bisa mencari artikel tersebut
di media-media yang terpercaya tentunya.
Lagipula kalau saya
menulis apa yang dilakukan beliau, Anda mungkin tak percaya apabila
tidak melihat langsung dan akan mengira bahwa saya pro pada Pak
Jokowi. Dari sini saya akan menegaskan bahwa saya netral dan saya
akan golput. Bukan karena sampai detik ini saya masih labil akan
pilihan saya. Bukan. Saya punya alasan tersendiri yang menurut saya
tidak perlu diungkapkan.
Saya ingin bercerita
terlebih dahulu, satu kisah nyata yang terjadi pada ‘tragedi 98’.
Pada saat itu saya tidak terlalu merasakan keadaannya karena saat itu
umur saya 3 tahun. Ibu saya bercerita bahwa pada hari itu, Ayah saya
berada di luar rumah dan mengabarkan bahwa beliau tidak bisa pulang (
informasi saja, bahwa Ayah saya keturunan Tionghoa ). Jadi saat itu
kami hanya bisa berharap agar Ayah saya bisa pulang secepatnya dengan
selamat.
Saya pun ingin tahu lebih
jelas apa yang terjadi saat itu dan langsung menanyakannya kepada
Ayah saya melalui bbm ( karena kami terpisah oleh jarak #tsaah ).
Percakapannya seperti berikut :
Saya : Pa, I wanna ask u
something about ‘tragedi 98’. Could u tell me what are u doing?
And what u see on that day?
Ayah : Why u wanna talk
about that? This is politics. And tragedy in the past. We shouldn’t
talk about it.
( informasi saja,
percakapan via bbm antara kami memang selalu mengunakan bahasa
Inggris )
Oke, salah saya memang
yang langsung to the point tanpa tedeng aling-aling. Salah saya juga
mengungkit masa lalu yang mungkin ingin dilupakan. Lagian, siapa sih
yang mau ngungkit masa lalu? #tsaahyangkedua. Akhirnya saya tak
melanjutkan percakapan itu dan saya kira Anda bisa mengambil
kesimpulan bahwa yang terjadi saat itu adalah suatu kejadian yang
cukup perih untuk beliau.
Di tulisan ini saya tidak
mengajak Anda semua untuk memilih si A atau si B, satu atau dua, dia
atau aku #tsaahyangketiga. Saya hanya mengajak anda untuk MENOLAK
LUPA tentang yang terjadi di masa lampau. Kita tentu tidak ingin
‘tragedi 98’ terulang lagi? Kita tentu tidak ingin salah satu
sanak saudara kita hilang begitu saja? Kita tentu tidak ingin
mengorbankan nyawa untuk ‘mereka’? Kita tentu ingin bisa hidup
tenang, nyaman dan tentram? Kita tentu ingin bisa pulang ke rumah dan
melihat keluarga kita selalu utuh? Kita tentu ingin mempunyai
pemimpin yang bisa menjaga dan memperjuangkan kenginan kita.
Siapapun presidennya
nanti, saya harap Anda yang berkeinginan memilih untuk selalu kritis
terhadap pilihannya selama 5 tahun kedepan. Karena apa? Karena Anda
mempunyai HAK untuk itu.
Beberapa hari lagi kawan,
beberapa hari lagi. Saya harap kita semua bisa cerdas untuk bersikap
obyektif. Karena saya mulai takut, perbedaan ini yang akan menjadikan
kita sebagai manusia “beda pendapat-senggol-bacok”. Padahal
tujuan kita sama, ingin Indonesia sejahtera.
Terakhir, saya
berterimakasih dan meminta maaf apabila tulisan ini tidak pantas
untuk dibaca. Dan saya siap menerima kritik dan saran.
Jessica Permata,
calon ibu dari anak-anakmu
#tsaahkeempatkemudianditimpuksendal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar