Pertama-tama, berkat doa
semuanya, Jerry sudah sehat dan beraktivitas seperti biasa walau kadang masih
suka ngeluh pusing. Jadi sekali lagi saya ucapkan terimakasih buat doa-doanya.
Banyak banget yang kasih
support doa, materi dan bahkan waktu untuk jenguk adek. Dan enggak sedikit yang
juga tanya kronologisnya bagaimana. Kemarin sempet janji bakal cerita, tapi
setelah menimbang dampak dan manfaatnya, saya memutuskan untuk tidak
menceritakan di instagram atau untuk ditulis dalam blog ini. I’m insist if u
want to know just spare time with me and I tell the story.
Kedua, disini akan ada
beberapa foto yang tidak mengenakan untuk dilihat, jadi saya akan minta maaf
dulu sebelumnya.
Let's start.. Saya akan menceritakan pengalaman pribadi saya yang membuat
saya sadar bahwa..
Kita ini, manusia,
sebenarnya cuma hamparan debu. Dan satu-satunya yang mampu membuat debu
bernyawa, ya cuma Tuhan.
Sebenarnya saya sudah sadar
hal ini dari dulu, sejak Mama kena kanker payudara dan berhasil survive. Tapi
melihat adek yang hampir berada di ambang kematian, membuat saya kembali
membuka mata dan hati untuk Tuhan.
di IGD
kepala belakang sudah dijahit
Ini foto pertama yang
dikirim Mama pada Selasa, 9 Januari jam 23.23 yang diambil di ICU. Dokter
menyatakan bahwa ada pendarahan dan pembengkakan pada otak adek. Dan masuk masa
kritis sampai 48 jam ke depan. Disitu yang bisa dilakukan dokter hanya
memantau, apabila pembengkakan berkurang itu berarti suatu hal yang bagus.
Tetapi apabila sebaliknya, Allahu A’lam.
1 minggu adek di rumah
sakit yang enggak perlu saya sebut namanya.
1 minggu yang nano-nano.
1 minggu yang membuat saya
belajar ekstra sabar.
masa kritis, mulut masih bengkak, tingkat kesadaran masih 14
Dari yang bisa komunikasi
jawab iya-tidak, sampai cuma bisa kasih kode kedipan mata atau jentikan jari.
pindah kamar biasa yang berujung kembali ke HCU
Dari masuk ruang IGD ke
HCU, terus bisa pindah ke kamar biasa dan harus masuk ruang HCU karena kondisi
adek yang nge-drop lagi.
Dari masa kritis ke masa perbaikan, sampai harus pakai selang untuk makan dan minum obat.
sudah dipasang selang
Disitu dokter menyarankan
untuk tindakan operasi yang ditentang sama keluarga. 2 hari kerjaan saya
nongkrong di beberapa rumah sakit di Jakarta agar adek bisa pindah ke rumah
sakit lain, jadi anak gaul RS Jakarta bukan anak mall lagi.
Kalau bisa
ngerokok, ngerokok saya saat itu juga (ngisap asap semprot DBD aja ga sanggup). Di kepala kayak ada semut kecil
ngerubung buanyak banget. Hormon kortisol melonjak beberapa kali lipat dari
biasanya. Stres berlebihan karena mikirin adek yang saat itu cuma bisa tidur,
enggak merespon apa-apa. Terakhir sebelum berangkat nyari RS, cuma bisa ngomong
di telinganya, “Adek kuat ya, adek pasti bisa. Kakak pasti bisa nyari rumah
sakit yang layak buat adek. Pasti bisa, adek sembuh.” Dan selalu nguatin diri
sendiri padahal kalau liat dia rasanya hancur hati tuh.
Dan Alhamdulillah, kalau
kita mau dan berusaha, pasti Tuhan kasih kuasa.
Sebelumnya, sempat ada
percakapan kayak gini loh antara saya sama Papa.
Saya : Pa, yakin adek
enggak di operasi? Kalau adek kenapa-kenapa gimana? (which is disini sampai
dipanggil Tuhan, iya udah hopeless banget saya tuh)
Papa : Yakin, nyari RS lain
udah termasuk cara ikhtiar yang kita lakukan. Selebihnya biar Allah yang kasih
nilai.
Searching di internet,
ketemu RS. PON (Pusat Otak Nasional) di Jakarta Timur. Udah bodo amat mau jauh
juga, berasa nyari kitab suci dari barat ke timur. Nongkrong semalaman biar
bisa acc pemindahan adek, sampai dokter disana kaget, “ini Bapak sama mbaknya
nunggu dari tadi? ya ampun pak, ga perlu nunggu disini, Bapak bisa pulang terus
telpon kesini.” Ya gimana enggak heran dia juga, kita nunggu dari gelap sampai
ketemu terang. Dan selanjutnya, semua lebih mudah, benar-benar lancar.
sudah pindah ke RS PON
berpeyukan
iya mataku bengkak karena nangis happy
Setelah pindah, adek
mengalami kemajuan yang pesat. Udah happy pokoknya bisa lihat dia makan, dan
ngobrol lebih banyak. Semua emosi, materi dan waktu yang sudah dikeluarkan
untuk adek rasanya sepadan dengan rasa manis diujung cerita ini. Dan semua ini enggak
akan pernah terjadi kalau bukan karena Tuhan yang atur.
mukamu mas.. mas..